Hal Penting Yang Harus Diketahui Sebelum Pergi atau Pindah ke Luar Negeri!

Pernah dengar kata pepatah "Sometimes you have to get lost to find yourself"?
well, menurut saya ini benar sekali.

Terkadang kita tidak akan pernah tau siapa sebetulnya diri kita sampai kita benar benar tersesat dalam kehidupan :P

Dulu, saya selalu berfikir kalau saya ini orang yang suka jalan jalan dan bepetualang, dulu saya selalu berfikir kalau saya ini orang yang mandiri, dan dulu saya berfikir bahwa saya ini orang yang mudah beradaptasi.

Guess what? Ternyata fikiran saya salah.


It was 2009, when I just graduated from law school dan saya memutuskan untuk Leap Year ke Eropa. Terus terang saya sangat meng-underestimate-kan proses migrasi saya. Saya pikir, oh it's europe! If anything will happen is that I will be very happy living there, I mean who doesn't wanna live in Europe right?

Bahkan kekhawatiran orang tua saya pun, saya anggap remeh dan berfikir "Mah, tenang aja it's gonna be fine. I will be very happy dan bahkan mungkin ga mau pulang"

Little did I know, my mom's worries akan menjadi kenyataan.

Akhirnya hari itu tiba, hari keberangkatan.
Saya merasa bahagia dan bebas. YES! Freedom!
Maklum saya ini kan anak rumahan, jam 5 sore harus sudah ada dirumah. Maghrib belum sampai rumah bisa bisa foto saya sudah kesebar di Badan Inteligen Negara masuk DPO (lebay sih).

I remember the only thing that made me cry that time, is only because of the letter that my boyfriend gave me karena ada puisi puisi galau nya hahhaha...


Begitu masuk ke area pesawat, kekhawatiran pun mulai singgah and I will list them as follow:


1. Memiliki tangan yang kuat itu penting!

Saat berangkat I put my laptop and its charger inside my backpack (berikut perintilan perintilan lainnya) dan ternyata pas mau dinaikin ke kabin itu sangat berat dan lumayan susah karena tinggi. I hurt my fingers during that incident. (please mind that this happened in 2009, laptop masih besar dan berat, mine that time was VAIO)

~ Disini mulai mikir ternyata my arms are weak, dan kalau memang tidak mampu melakukan sesuatu jangan pernah malu meminta bantuan even to a stranger. (Noted)



2. Pilih Perusahaan Penerbangan Lokal!

Saya agak belagu sih pilih lufthansa sok sok mau merasakan penerbangan Jerman, dan ternyata makanannya ga cocok and I have to deal with it for 18 hours. Plus setelah saya bandingin memang keramahan pramugari Asia itu ga ada duanya. Berangkat dengan lufthansa, there is a connecting flight schedule in Singapore, yang mana sebetulnya terlalu sebentar untuk connecting flight distance.

~ Self Note: next time pilih penerbangan Indonesia atau UEA such as emirates, qatar, etc. Makanannya lebih masuk ke lidah Indonesia dan pramugari nya lebih ramah. Plus waktu transitnya pas, setelah penerbangan 6-8 jam baru transit sehingga ini bisa jadi kesempatan untuk meluruskan badan. Pakai lufthansa jarak transitnya terlalu dekat karena di Singapore, dan penerbangan lanjutannya jadi sangat lama.



3. Familiarize yourself first with the place that you might need to visit! 

Connecting Flight saya selanjutnya adalah Frankfurt am Main. Dan setibanya di Frankfurt am Main. Jeng Jeng. Disinilah uji nyali dimulai.

Airport nya super besar. and I mean REALLY HUGE. Sejauh mata memandang lorong, dan cenderung sepi. Orang-Orang sibuk sendiri mencari jadwal penerbangan mereka melalui komputer touch screen airport berbahasa Jerman. Please keep in mind mereka kalau jalan cepet cepet banget! Susah untuk ditanya jadinya :p
Dan kalau kamu merasa aman saat sudah menguasai bahasa Inggris, jangan dulu, karena disini susah cari orang yang mau berbahasa inggris. Beberapa kali saya mencoba mendekati orang untuk bertanya dan mereka semua menjawab dengan bahasa Jerman yang kalau dilihat dari Body Language nya menyiratkan bahwa mereka tidak paham.

Mulai deg-deg an khawatir tertinggal pesawat, mulai panik, dan kalau cewe panik biasanya mau nangis kan bawaannya :D Akhirnya saya mencari rest room terdekat untuk cuci muka dan menenangkan diri. Dan saya memutuskan untuk bertanya kepada orang dengan seragam maskapai apapun karena asumsi saya mereka pasti akan bisa berbahasa Inggris.

~ Self Note: selalu siapkan diri untuk worst case scenario supaya ga kaget pas kejadian, dan banyak banyak research di internet tentang tempat yang akan kita kunjungi atau hal yang mungkin kita hadapi. Sekarang sih sudah lebih enak ya karena sudah banyak tersedia 360 view, jadi sebelum pergi kita betul betul bisa tau dan paham oh seperti ini nanti airportnya.



4. Merasa Mandiri bukan berarti Suka Sendiri.

Okelah di Indonesia kita mandiri, kemana mana sendiri ga masalah, sendiri dirumah pun ga masalah. Tapi saat itu harus kita lakukan setiap hari ternyata rasanya jauh berbeda.
Ada perbedaan antara mandiri dan hidup sendiri, karena bahkan jalanan pun sepi disini. Siang hari pun sepiiiii suara orang jauuuh banget. Keep in mind waktu itu belum ada WA. Plus perbedaan zona waktu dengan Indonesia, membuat kita semakin "Sendiri".

~ Self Note: ternyata butuh privasi dan benar benar hidup sendiri itu dua hal yang berbeda. Hidup sendiri itu benar benar sepi. So be prepared to entertain yourself.



5. Kalau suka bergaul jangan pernah memilih kota kecil. 

Kota tempat saya tinggal adalah kota kecil. Awalnya saya berfikir it will be a good idea, jadi merasakan kehidupan asli eropa. Tapi ternyata sepi nya kebangetan.
Supermarket hanya ada 2. Toko roti 2. Mall 1 (itupun mall kecil, jangan bandingkan dengan Plaza Senayan, jauh kemana mana).

Pindah ke Berlin yang merupakan ibukota Jerman pun tidak jauh berbeda, di tempat saya tinggal daerah Berlin Timur yang dekat dengan RSJ itu sepinya kaya kuburan :D Jarang banget bisa liat manusia lewat di depan apartement. Kalau mau rame ya ke hauptbahnhof atau alexa. Tapi kan ga mungkin juga nongkrong seharian disitu. Tapi at least banyak hiburan di kota besar dan pastinya banyak restorant Indonesia dan supermarket Asia.

~ Self Note: "stick with the big city" dan ga usah sok sok an tinggal di kota kecil lagi karena nanti akan semakin membuat kita homesick kalau jarang bertemu orang Indonesia, atau makan masakan Indonesia.



6. Jangan Baperan!

Menjadi minoritas harus siap untuk menjadi benar benar sendiri (like no one care) atau bahkan menjadi pusat perhatian. Pertanyaan menyudutkan atau kritikan tentang Agama, Negara, Pemerintah, dll harus selalu kita jawab dengan hati dan pikiran yang terbuka lapang.
Contoh pertanyaan yang sering saya terima:
"Indonesia? where is that? never heard of that before"
"Oh, so you're muslim, why muslim treat women horribly?"
"Oh You're Indonesian? that's terrible what your government did to timor timur!"


~ Self Note: be prepared untuk menjawab pertanyaan pertanyaan, jangan sampai ga jawab apa apa juga ya. Karena saat kita berada di negara asing, kita merupakan representasi dari negara kita. Saya sedikit nasionalis dan saya selalu menggunakan kesempatan ini untuk sekaligus menaikan derajat Indonesia di mata orang asing. Kalau kita ga jawab bisa jadi mereka berfikir (pantesan negara nya gitu, warga negara nya aja ga paham apa apa dan masa bodoh, nah malu kan) jadi, jawablah pertanyaan pertanyaan tersebut dengan bijak.



7. Stay Alert and Keep your Passport Near!

Suatu waktu saya terciduk polisi preman yang sedang mencari buronan badan inteligen Russia (ini serius) bukan karena muka saya mirip Irina Shayk (well maybe rambutnya mirip dikit :p) tapi karena sebagai minoritas dengan fitur muka yang tidak biasa pasti kita jadi rawan tersangka karena stands out from the other. Untungnya waktu itu saya bersama dua teman lokal saya dan mereka membantu menjelaskan bahwa saya hanya pelajar and they know me well, akhirnya polisi preman ikut ke apartment saya, dan setelah melihat pasport mereka meminta maaf dan pergi.

~ Self Note: Walaupun sudah jadi permanent resident jangan pernah lupa membawa passport kemanapun bahkan hanya untuk membeli susu ke grocery stores, bring that passport with you!



8. Ikuti Kebiasaan Lokal untuk Bersosialisasi!

Satu hal yang saya pelajari saat menjadi bagian dari masyarakat Eropa Timur adalah bahwa mereka tidak menyukai kegiatan nongkrong di cafe atau mall. Mereka lebih suka berkunjung ke rumah teman untuk makan bersama atau sekedar minum beers bersama.

Undangan mereka selalu to the point misal:
" Hey come to my place to hang out and drink beers. I will provide beers, or if you have your own favourite you can bring it too "
Nah ini berarti bener bener agendanya minum aja, jangan berharap ada makanan so you better eat before you go, atau bisa juga kita membawa camilan untuk dimakan bersama karena rata rata pihak yang diundang selalu membawa buah tangan untuk host.
Kalau kamu muslim dan tidak mengkonsumsi alkohol seperti saya, maka jangan lupa untuk membawa minuman sendiri seperti juice atau soda, jangan lupa bawa spare lebih ya in case ada yang mau.
Kalau dapat undangan seperti ini jangan sampai kalian tidak hadir karena ini kesempatan langka :D

Saya pun mempergunakan cara ini untuk beramah tamah, saya mengundang beberapa teman di kampus untuk datang ke apartment dan makan bersama. Waktu itu saya membuat bakso, ayam bakar plus nasi uduk, dan soda gembira (which they find really weird, karena harusnya sekalian beli fanta aja daripada ngaduk sendiri, hmmm dia ga tau justru nikmatnya karena ngaduk sendiri :D)

~ Self Note: know how to cook our national cuisine is always a good idea!



9. Menjadi bagian dari masyarakat yang baik.

This is not a rocket science. Kembali ke poin bahwa saat kita berada di negara asing, kita merupakan representasi dari negara kita. Oleh karena itu pahami peraturan peraturan yang berlaku di masyarakat seperti tidak membuang sampah sembarangan, menolong orang tua yang kesusahan di jalan, tidak melakukan tindakan kriminal atau yang dilarang.


All in all, diluar semua hal yang saya sebutkan diatas it's worth the experience. Dan yang terpenting saya belajar untuk lebih dapat memahami diri saya sendiri, siapa diri saya sebenarnya, apa yang mampu dan tidak mampu saya lakukan. And I'm forever grateful for the opportunity. Cheers!





Comments